- Cara Membuat Peta Zona Rawan Longsor di Kota Semarang.Cara membuat peta zona rawan longsor di Kota Semarang yaitu dengan menggunakan sistem pembobotan dan overlay atau tumpang susun melalui beberapa peta parameter yang dijadikan acuan dalam pembuatan peta rawan longsor seperti peta kemiringan lereng, peta curah hujan, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan. Pada sistem pembobotan dalam pembuatan peta rawan longsor, ada beberapa pertimbangan terkait faktor yang paling berpengaruh atau dominan untuk dapat menyebabkan longsor yang meliputi peta kemiringan lereng yang dalam hal ini membpunyai bobot yang tertinggi untuk dapat menimbulkan potensi longsor, kemudian peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta curah hujan. Lebih jelasnya mengenai hasil gambaran visual mengenai peta parameter dan peta zona rawan longsor akan disajikan pada lampiran sebagai berikut:
- Peta Survey Lokasi Penelitian
- Informasi Persebaran Bencana Tanah Longsor di Kota Semarang
- Informasi Luasan Daerah Per Parameter Longsor
- Luas Kelerengan Kota SemarangBerdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas pada peta kelerengan akan disajikan pada Tabel 4.1 sebagai berikut.Tabel 4.1 Luas Kelas Kelerengan Kota Semarang
No.
|
Kelas Lereng
|
Luas
|
|
Ha
|
%
|
||
1
|
0-8%
|
18281.31
|
47
|
2
|
8-15%
|
7187.01
|
19
|
3
|
15-25%
|
8908.6
|
23
|
4
|
25-40%
|
3886.18
|
10
|
5
|
>40%
|
536.82
|
1
|
Jumlah Total
|
38799.92
|
100
|
Sumber: Data hasil penelitian, 2016
Berdasarlkan Tabel 4.1 sebagian besar wilayah Kota
Semarang merupakan daerah yang datar, dengan hampir setengahnya yaitu 47%
merupakan kelas kelerengan 0-8%, 19% merupakan kelas kelerengan 8-15%, dan 23%
merupakan kelas kelerengan 15-25%. Sedangkan wilayah yang masuk dalam kelas
kelerengan 25-40% hanya sebesar 10% dan pada kelas kelerengan >40% hanya 1%
dari total luas wilayah Kota Semarang.
- Luas Penggunaan LahanBerdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas penggunaan lahan akan disajikan pada Tabel 4.2 sebagai berikut.Tabel 4.2 Luas Kelas Penggunaan Lahan Kota Semarang
No.
|
Kelas Penggunaan
Lahan
|
Luas
|
|
Ha
|
%
|
||
1
|
Belukar
|
5996.09
|
15
|
2
|
Perkebunan
|
2192.8
|
6
|
3
|
Hutan
|
2026.01
|
5
|
4
|
Permukiman
|
14288.52
|
37
|
5
|
Sawah
|
6567.04
|
17
|
7
|
Tambak
|
3122.32
|
8
|
8
|
Tegalan
|
4538.76
|
12
|
Jumlah Total
|
38731.54
|
100
|
Sumber: Data hasil penelitian,
2016
Berdasarkan Tabel 4.2
sebagian besar penggunaan lahan di Kota Semarang merupakan kelas permukiman
yaitu sekitar 375 atau sekitar 14288,52 ha dan sisanya merupakan vegetasi yang
umumnya berada di bagian barat dan selatan Kota Semarang. Vegetsi lainnya, pada
bagian utara luas kelas sawah yaitu 6567,04 ha dan luas tambak yaitu 3122.32
ha. Sedangkan kelas hutan, perkebunan, dan tegalan tersebar di barat daya,
barat dan timur laut Kota Semarang dengan total luas masing-masing adalah
2026,01 ha (5%); 2192,8 ha (6%) dan 4538.76 ha (12%).
- Luas jenis tanahBerdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas penggunaan lahan akan disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut.Tabel 4.3 Luas Kelas Jenis Tanah Kota Semarang
No.
|
Kelas Jenis
Tanah
|
Luas
|
|
Ha
|
%
|
||
1
|
Grumosol
|
1825.9
|
6
|
2
|
Regosol
|
2561.07
|
8
|
3
|
Latosol
|
9602.05
|
29
|
4
|
Mediteran
|
10901.88
|
33
|
5
|
Aluvial
|
8022.88
|
24
|
Jumlah Total
|
32913.78
|
100
|
Sumber: Data hasil
penelitian, 2016
Berdasarkan hasil Tabel
4.3 Kota Semarang terbentuk dari jenis yang beredobilitas rendah yaitu Latosol,
Grumosol, dan Aluvial sebesar 9602,05 ha (29%); 1825,9 ha (6%), dan 8022,88 ha
(24%). Sedangkan jenis tanah beredobilitas sedang, yaitu Mediteran sebesar 33%
dan untuk jenis tanah beredobilitas tinggi yaitu Regosol sebesar 8%.
- Luas Curah HujanBerdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas curah hujan akan disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut.Tabel 4.4 Luas Kelas Curah Hujan Kota Semarang
No.
|
Kelas Curah Hujan
|
Curah Hujan Bulanan Rata-Rata
|
Luas
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
Tinggi
|
> 300 mm
|
17169.01
|
44
|
2
|
Sedang
|
101 - 300 mm
|
17117.27
|
44
|
3
|
Rendah
|
0 - 100 mm
|
4533.09
|
12
|
Jumlah Total
|
38819.37
|
100
|
Sumber: Data hasil
penelitian, 2016
Berdasarkan Tabel 4.4 sebagian besar wilayah Kota Semarang
memiliki curah hujan rata-rata bulanan yang masuk dalam kelas rendah yaitu
sebesar 12%, sisanya sebesar 44 % masuk dalam kelas sedang dan 445 masuk dalam
kelas tinggi yaitu sebesar 44%. Stasiun/pos curah hujan tersebar secara merata
di Kota Semarang.
- Hasil Kerawanan LongsorBerdasarkan hasil penelitian sebagian besar wilayah Kota Semarang masuk dalam kelas “tidak rawan“, yaitu 48 % atau sebesar 18552,02 ha. Paling banyak ditemui di daerah utara, yang sebagian besar merupakan daerah permukiman (perkotaan) dan memiliki kelerengan 0-8%.Kelas sangat rawan paling banyak terdapat di kecamatan gungung pati dengan luas 122,69 ha, dan kecamatan banyumanik dengan luas 59 ha, yang disebabkan oleh parameter kelerengan dengan tingkat kelerengan >40%. Selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.5 pada Lampiran 6.
- Upaya Mitigasi Untuk Mengurangi Resiko Bencana Tanah LongsorUpaya mitigasi untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor dimulai dari mengenali tentang gejala-gejala umum terjadinya longsor, tanda-tanda wilayah yang rawan longsor, upaya pengurangan resiko bencana longsor, melakukan tindakan kesiapsiagaan menghadapi bencana longsor, melakukan tindakan kesiapsiagaan saat terjadi tanah longsor, dan melakukan tindakan kesiapsiagaan pasca terjadinya tanah longsor, hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
- Gejala-gejala umum terjadinya longsorPertama muncul retakan – retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Kedua muncul air secara tiba – tiba dari permukaan tanah di lokasi baru. Ketiga air sumur di sekitar lereng menjadi keruh. Keempat tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
- Tanda-tanda wilayah yang rawan longsorTanda-tanda wilayah yang rawan longsor antara lain: 1) Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut. 2) berada pada daerah yang terjal dan gundul. 3) Merupakan daerah aliran air hujan. 3) tanah ebal atau sangat gembur pada lereng yang menerima curah hujan tinggi.
- Upaya Pengurangan Risiko bencana LongsorPertama menyusun peta ancaman bencata tanah longsor. Kedua menyusun kerentanan bencana tanah longsor. Ketiga melakukan pemantauan gerakan tanah. Keempat melakukan kegiatan peringatan dini dan penyebaran informasi. Kelima membuat plangisasi keterangan daerah rawan bencana. Keenam pembuatan dinding penahan tanah dan penghijauan lereng. Keetujuh melakukan sosialisasi mengenai kesiapsiagaan bencana longsor kepada masyarakat. Kedelapan memperbaiki dan memelihara saluran drainase.
- Tindakan Kesiapsiagaan menghadapi bencana longsorPertama tidak menebang atau merusak hutan. Kedua melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro, pada lereng-lereng yang gundul. Ketiga membuat saluran air hujan. Keempat membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal. Kelima memeriksa keadaan tanah secara berkala.
- Tindakan Kesiapsiagaan saat terjadi tanah longsorPertama segera keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan/puing ke bidang yang lebih stabil. Kedua Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan kuat dan lindungi kepala anda. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik untuk badan anda.
- Tindakan kesiapsiagaan setelah tanah longsorPertama hindari daerah longsoran dimna longsoran susulan dapat terjadi. Kedua periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung memasuki daerah longsoran. Ketiga membantu mengarahkan tim SAR (Search And Rescue) ke lokasi longsor. Keempat membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus anak-anak, orang tua dan orang cacat. Kelima waspada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor. Keenam melaporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang berwenang.
informasinya sangat bermanfaat
ReplyDeletewah tq kaka .. membantu sekali
ReplyDeleteOke sama-sama
Deletemas boleh minta JPEG ori petanya ...
ReplyDeleteboleh minta sumber/sitasi?
ReplyDeletepeta geologi semarang gak ada kak?
ReplyDelete