Wednesday, June 15, 2016

PETA PERSEBARAN ZONA RAWAN LONGSOR KOTA SEMARANG



  1. Cara Membuat Peta Zona Rawan Longsor di Kota Semarang.
    Cara membuat peta zona rawan longsor di Kota Semarang yaitu dengan menggunakan sistem pembobotan dan overlay atau tumpang susun melalui beberapa peta parameter yang dijadikan acuan dalam pembuatan peta rawan longsor seperti peta kemiringan lereng, peta curah hujan, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan. Pada sistem pembobotan dalam pembuatan peta rawan longsor, ada beberapa pertimbangan terkait faktor yang paling berpengaruh atau dominan untuk dapat menyebabkan longsor yang meliputi peta kemiringan lereng yang dalam hal ini membpunyai bobot yang tertinggi untuk dapat menimbulkan potensi longsor, kemudian peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta curah hujan. Lebih jelasnya mengenai hasil gambaran visual mengenai peta parameter dan peta zona rawan longsor akan disajikan pada lampiran sebagai berikut:

  1. Peta kelerengan Kota Semarang (terlampir pada lampiran 1).
  2. Peta penggunaan lahan Kota Semarang (terlampir pada lampiran 2).
  3. Peta jenis tanah Kota Semarang (terlampir pada lampiran 3) .
  4. Peta curah hujan Kota Semarang (terlampir pada lampiran 4).
  5. Peta zona rawan longsor Kota Semarang (terlampir pada lampiran 5).
  6. Peta Survey Lokasi Penelitian

  1. Informasi Persebaran Bencana Tanah Longsor di Kota Semarang

  1. Informasi Luasan Daerah Per Parameter Longsor

  1. Luas Kelerengan Kota Semarang
    Berdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas pada peta kelerengan akan disajikan pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
    Tabel 4.1 Luas Kelas Kelerengan Kota Semarang

No.
Kelas Lereng
Luas
Ha
%
1
0-8%
18281.31
47
2
8-15%
7187.01
19
3
15-25%
8908.6
23
4
25-40%
3886.18
10
5
>40%
536.82
1
Jumlah Total
38799.92
100

          Sumber: Data hasil penelitian, 2016

Berdasarlkan Tabel 4.1 sebagian besar wilayah Kota Semarang merupakan daerah yang datar, dengan hampir setengahnya yaitu 47% merupakan kelas kelerengan 0-8%, 19% merupakan kelas kelerengan 8-15%, dan 23% merupakan kelas kelerengan 15-25%. Sedangkan wilayah yang masuk dalam kelas kelerengan 25-40% hanya sebesar 10% dan pada kelas kelerengan >40% hanya 1% dari total luas wilayah Kota Semarang.





  1. Luas Penggunaan Lahan
    Berdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas penggunaan lahan akan disajikan pada Tabel 4.2 sebagai berikut.
    Tabel 4.2 Luas Kelas Penggunaan Lahan Kota Semarang

No.
Kelas Penggunaan Lahan
Luas
Ha
%
1
Belukar
5996.09
15
2
Perkebunan
2192.8
6
3
Hutan
2026.01
5
4
Permukiman
14288.52
37
5
Sawah
6567.04
17
7
Tambak
3122.32
8
8
Tegalan
4538.76
12
Jumlah Total
38731.54
100

Sumber: Data hasil penelitian, 2016

Berdasarkan Tabel 4.2 sebagian besar penggunaan lahan di Kota Semarang merupakan kelas permukiman yaitu sekitar 375 atau sekitar 14288,52 ha dan sisanya merupakan vegetasi yang umumnya berada di bagian barat dan selatan Kota Semarang. Vegetsi lainnya, pada bagian utara luas kelas sawah yaitu 6567,04 ha dan luas tambak yaitu 3122.32 ha. Sedangkan kelas hutan, perkebunan, dan tegalan tersebar di barat daya, barat dan timur laut Kota Semarang dengan total luas masing-masing adalah 2026,01 ha (5%); 2192,8 ha (6%) dan 4538.76 ha (12%).

  1. Luas jenis tanah
    Berdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas penggunaan lahan akan disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
    Tabel 4.3 Luas Kelas Jenis Tanah Kota Semarang

No.
Kelas Jenis Tanah 
Luas
Ha
%
1
Grumosol
1825.9
6
2
Regosol
2561.07
8
3
Latosol
9602.05
29
4
Mediteran
10901.88
33
5
Aluvial
8022.88
24
Jumlah Total
32913.78
100

Sumber: Data hasil penelitian, 2016

Berdasarkan hasil Tabel 4.3 Kota Semarang terbentuk dari jenis yang beredobilitas rendah yaitu Latosol, Grumosol, dan Aluvial sebesar 9602,05 ha (29%); 1825,9 ha (6%), dan 8022,88 ha (24%). Sedangkan jenis tanah beredobilitas sedang, yaitu Mediteran sebesar 33% dan untuk jenis tanah beredobilitas tinggi yaitu Regosol sebesar 8%.



  1. Luas Curah Hujan
    Berdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas curah hujan akan disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut.
           Tabel 4.4 Luas Kelas Curah Hujan Kota Semarang

No.
Kelas Curah Hujan
Curah Hujan Bulanan Rata-Rata
Luas
Ha
%
1
Tinggi
> 300 mm
17169.01
44
2
Sedang
101 - 300 mm
17117.27
44
3
Rendah
0 - 100 mm
4533.09
12
Jumlah Total
38819.37
100

Sumber: Data hasil penelitian, 2016

          Berdasarkan Tabel 4.4 sebagian besar wilayah Kota Semarang memiliki curah hujan rata-rata bulanan yang masuk dalam kelas rendah yaitu sebesar 12%, sisanya sebesar 44 % masuk dalam kelas sedang dan 445 masuk dalam kelas tinggi yaitu sebesar 44%. Stasiun/pos curah hujan tersebar secara merata di Kota Semarang.

  1. Hasil Kerawanan Longsor
    Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar wilayah Kota Semarang masuk dalam kelas “tidak rawan“, yaitu 48 % atau sebesar 18552,02 ha. Paling banyak ditemui di daerah utara, yang sebagian besar merupakan daerah permukiman (perkotaan) dan memiliki kelerengan 0-8%.
    Kelas sangat rawan paling banyak terdapat di kecamatan gungung pati dengan luas 122,69 ha, dan kecamatan banyumanik dengan luas 59 ha, yang disebabkan oleh parameter kelerengan dengan tingkat kelerengan >40%. Selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.5 pada Lampiran 6.

  1. Upaya Mitigasi Untuk Mengurangi Resiko Bencana Tanah Longsor
    Upaya mitigasi untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor dimulai dari mengenali tentang gejala-gejala umum terjadinya longsor, tanda-tanda wilayah yang rawan longsor, upaya pengurangan resiko bencana longsor, melakukan tindakan kesiapsiagaan menghadapi bencana longsor, melakukan tindakan kesiapsiagaan saat terjadi tanah longsor, dan melakukan tindakan kesiapsiagaan pasca terjadinya tanah longsor, hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

  1. Gejala-gejala umum terjadinya longsor
    Pertama muncul retakan – retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Kedua muncul air secara tiba – tiba dari permukaan tanah di lokasi baru. Ketiga air sumur di sekitar lereng menjadi keruh. Keempat tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.


  2. Tanda-tanda wilayah yang rawan longsor
    Tanda-tanda wilayah yang rawan longsor antara lain: 1) Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut. 2) berada pada daerah yang terjal dan gundul. 3) Merupakan daerah aliran air hujan. 3) tanah ebal atau sangat gembur pada lereng yang menerima curah hujan tinggi.
  3. Upaya Pengurangan Risiko bencana Longsor
    Pertama menyusun peta ancaman bencata tanah longsor. Kedua menyusun kerentanan bencana tanah longsor. Ketiga melakukan pemantauan gerakan tanah. Keempat melakukan kegiatan peringatan dini dan penyebaran informasi. Kelima membuat plangisasi keterangan daerah rawan bencana. Keenam pembuatan dinding penahan tanah dan penghijauan lereng. Keetujuh melakukan sosialisasi mengenai kesiapsiagaan bencana longsor kepada masyarakat. Kedelapan memperbaiki dan memelihara saluran drainase.
  4. Tindakan Kesiapsiagaan menghadapi bencana longsor
    Pertama tidak menebang atau merusak hutan. Kedua melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro, pada lereng-lereng yang gundul. Ketiga membuat saluran air hujan. Keempat membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal. Kelima memeriksa keadaan tanah secara berkala.
  5. Tindakan Kesiapsiagaan saat terjadi tanah longsor
    Pertama segera keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan/puing ke bidang yang lebih stabil. Kedua Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan kuat dan lindungi kepala anda. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik untuk badan anda.
  6. Tindakan kesiapsiagaan setelah tanah longsor
    Pertama hindari daerah longsoran dimna longsoran susulan dapat terjadi. Kedua periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung memasuki daerah longsoran. Ketiga membantu mengarahkan tim SAR (Search And Rescue) ke lokasi longsor. Keempat membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus anak-anak, orang tua dan orang cacat. Kelima waspada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor. Keenam melaporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang berwenang.


6 comments: