Tim Peneliti Survey Lapangan

Dalam rangka melakukan cek lapangan zona rawan longsor di Kota Semarang.

Sigap Bencana Kota Semarang

Gambaran Umum Kota Semarang Khususnya di Lawang Sewu.

Sigap Bencana Kota Semarang

Peta Zona Rawan Longsor di Kota Semarang.

Sigap Bencana Kota Semarang

Tim Survey lapangan melakukan pengukuran terkait parameter fisik zona rawan longsor di lapangan.

Sigap Bencana Kota Semarang

Gambaran visualisasi peta cek lapangan pada beberapa lokasi di Kota Semarang.

Friday, June 17, 2016

MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR

Mitigasi longsor pada prinsipnya bertujuan untuk meminimumkan dampak korban dan kerugian fisik dari bencana tersebut. Mitigasi bencana meliputi sebelum, saat terjadi dan sesudah terjadi bencana.
1.  Sebelum bencana antara lain peringatan dini (early warning system) secara optimal dan terus menerus pada masyarakat.
a.    Mendatangi daerah rawan longsor.
b.   Memberi tanda khusus pada daerah rawan longsor lahan.
c.   Manfaatkan peta-peta kajian tanah longsor secepatnya.
d.   Permukiman sebaiknya menjauhi tebing.
e.   Tidak melakukan pemotongan lereng.
f.    Melakukan reboisasi pada hutan gundul.
g.  Membuat terasering atau sengkedan pada lahan yang miring.
h.  Membatasi lahan untuk pertanian
i.    Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah
j.    Menggunakan teknik penanaman dengan sistem kontur tanah
k.  Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah).
 




                  2.     Saat bencana antara lain bagaimana menyelamatkan diri dan pergi                        ke tempat yang lebih aman. 

3. Sesudah bencana antara lain pemulihan (recovery) dan masyarakat harus dilibatkan.
a.   Penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman
b. Penyelamatan harta benda yang mungkin masih dapat di selamatkan,
c.   Menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara bagian para pengungsi seperti tenda-tenda darurat
d.    Menyediakan dapur-dapur umum
e.    Menyediakan air bersih, sarana kesehatan
f.     Koordinasi dengan aparat secepatnya



Adapun tahapan mitigasi bencana tanah longsor, yaitu pemetaan, penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi.
1.   Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
2.   Penyelidikan
   Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
3.   Pemeriksaan
 Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
4.   Pemantauan
 Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
5.   Sosialisasi
    Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, berita, poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada aparat pemerintah.






Pembuatan Jalur Evakuasi

·   Mengapa harus mengerti Jalur Evakuasi?                                                        Jalur Evakuasi adalah jalur khusus yang menghubungkan semua area di dalam daerah yang rawan ke daerah yang aman (titik kumpul). Dengan mengetahui dan memahami jalur Evakuasi, Anda memiliki kesempatan selamat yang lebih besar saat terjadi keaadan darurat.

·  Berapa jumlah Jalur Evakuasi yang Diperlukan?                                 Jumlah dan kapasitas jalur Evakuasi menyesuaikan dengan jumlah penghuni dan ukuran daerah tersebut. Kebutuhan jalur Evakuasi juga dipengaruhi oleh waktu ratauntuk mencapai lokasi yang aman.

·  Membuat tanda atau jalur Evakuasi                                                         Jalur Evakuasi dibuat oleh pemerintah atau Badan SAR. Rambu jalur Evakuasi dibuat dengan tanda panah yang menunjukkan arah kiri. Rute atau Jalur Evakuasi harus disediakan untuk setiap ruangan di tempat daerah yang rawan bencana tersebut. Rambu ini harus mengarah langsung menuju daerah yang aman (titik kumpul).


Thursday, June 16, 2016

BENCANA TANAH LONGSOR

Apa itu Bencana ?


Bencana adalah suatu proses alam atau bukan alam yang menyebabkan korban jiwa, harta, dan mengganggu tatanan kehidupan. Longsor lahan merupakan bencana alam geologi yang diakibatkan oleh gejala alami geologi maupun tindakan manusia daiam mengelola lahan atau ruang hidupnya. Dampak dari bencana ini sangat merugikan, baik dari segi lingkungan maupun sosial ekonomi.

Pengertian Dan Proses Terjadinya Tanah Longsor

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
         Tanah longsor terjadi karena oleh adanya gerakan tanah sebagai akibat dari bergeraknya masa tanah atau batuan yang bergerak di sepanjang lereng atau di luar lereng karena faktor gravitasi. Kekuatan-kekuatan gravitasi yang dipaksakan pada tanah-tanah miring melebihi kekuatan memecah ke samping yang mempertahankan tanah-tanah tersebut pada posisinya. Kandungan air yang tinggi menjadikan tanah menjadi lebih berat, yang meningkatkan beban, dan mengurangi kekuatan memecah ke sampingnya. Dengan kondisi-kondisi ini curah hujan yang lebat atau banjir lebih mungkin terjadi tanah longsor. 



Penyebab Terjadinya Tanah Longsor

Secara umum, tanah longsor disebabkan oleh 3 faktor penyebab utama :
1.  Faktor dakhilpenyebab longsor lahan meliputi kedalaman pelapukan batuan, struktur geologi (tektonik dan jenis batuannya), tebal solum tanah, tekstur tanah.
2.  Faktor luar dari suatu medan, penyebab longsor lahan adalah kemiringan lereng, banyaknya dinding terjal, kerapatan torehan, dan penggunaan lahan.
3.  Faktor pemicu terjadinya longsor lahan, antara lain tebal curah hujan dan gempa bumi.

Terdapat beberapa contoh dari uraian faktor penyebab tanah longsor diatas, diantaranya yaitu:

a.  Hujan

Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.


b.  Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 1800 dengan bidang longsor mendatar.

c.  Tanah yang kurang padat dan tebal

Tanah yang ketebalan lebih dari 2,5 m memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor.

d.  Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan pada lereng yang terjal.

 

e.  Jenis tata lahan

Penataan lahan yang tidak tepat pada daerah lereng dapat menyebakan terjadinya tanah longsor.

f.   Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan,getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.

g.  Bekas longsoran lama

Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif. Bekas longsoran lama memilki ciri: Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda, Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.


h.  Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.


i.    Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor.


Terdapat juga tindakan manusia yang menyebabkan terjadinya tanah longsor, tindakan-tindakan manusia yang dapat menyebabkan tanah longsor antara lain :
1. Menebang pohon di lereng pegunungan.
2. Mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas.
3. Mendirikan pemukiman di daerah tebing yang terjal.
4. Melakukan penggalian di bawah tebing yang terjal.
5. Mendirikan pemukiman di bawah tebing yang terjal

Wednesday, June 15, 2016

PETA PERSEBARAN ZONA RAWAN LONGSOR KOTA SEMARANG



  1. Cara Membuat Peta Zona Rawan Longsor di Kota Semarang.
    Cara membuat peta zona rawan longsor di Kota Semarang yaitu dengan menggunakan sistem pembobotan dan overlay atau tumpang susun melalui beberapa peta parameter yang dijadikan acuan dalam pembuatan peta rawan longsor seperti peta kemiringan lereng, peta curah hujan, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan. Pada sistem pembobotan dalam pembuatan peta rawan longsor, ada beberapa pertimbangan terkait faktor yang paling berpengaruh atau dominan untuk dapat menyebabkan longsor yang meliputi peta kemiringan lereng yang dalam hal ini membpunyai bobot yang tertinggi untuk dapat menimbulkan potensi longsor, kemudian peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta curah hujan. Lebih jelasnya mengenai hasil gambaran visual mengenai peta parameter dan peta zona rawan longsor akan disajikan pada lampiran sebagai berikut:

  1. Peta kelerengan Kota Semarang (terlampir pada lampiran 1).
  2. Peta penggunaan lahan Kota Semarang (terlampir pada lampiran 2).
  3. Peta jenis tanah Kota Semarang (terlampir pada lampiran 3) .
  4. Peta curah hujan Kota Semarang (terlampir pada lampiran 4).
  5. Peta zona rawan longsor Kota Semarang (terlampir pada lampiran 5).
  6. Peta Survey Lokasi Penelitian

  1. Informasi Persebaran Bencana Tanah Longsor di Kota Semarang

  1. Informasi Luasan Daerah Per Parameter Longsor

  1. Luas Kelerengan Kota Semarang
    Berdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas pada peta kelerengan akan disajikan pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
    Tabel 4.1 Luas Kelas Kelerengan Kota Semarang

No.
Kelas Lereng
Luas
Ha
%
1
0-8%
18281.31
47
2
8-15%
7187.01
19
3
15-25%
8908.6
23
4
25-40%
3886.18
10
5
>40%
536.82
1
Jumlah Total
38799.92
100

          Sumber: Data hasil penelitian, 2016

Berdasarlkan Tabel 4.1 sebagian besar wilayah Kota Semarang merupakan daerah yang datar, dengan hampir setengahnya yaitu 47% merupakan kelas kelerengan 0-8%, 19% merupakan kelas kelerengan 8-15%, dan 23% merupakan kelas kelerengan 15-25%. Sedangkan wilayah yang masuk dalam kelas kelerengan 25-40% hanya sebesar 10% dan pada kelas kelerengan >40% hanya 1% dari total luas wilayah Kota Semarang.





  1. Luas Penggunaan Lahan
    Berdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas penggunaan lahan akan disajikan pada Tabel 4.2 sebagai berikut.
    Tabel 4.2 Luas Kelas Penggunaan Lahan Kota Semarang

No.
Kelas Penggunaan Lahan
Luas
Ha
%
1
Belukar
5996.09
15
2
Perkebunan
2192.8
6
3
Hutan
2026.01
5
4
Permukiman
14288.52
37
5
Sawah
6567.04
17
7
Tambak
3122.32
8
8
Tegalan
4538.76
12
Jumlah Total
38731.54
100

Sumber: Data hasil penelitian, 2016

Berdasarkan Tabel 4.2 sebagian besar penggunaan lahan di Kota Semarang merupakan kelas permukiman yaitu sekitar 375 atau sekitar 14288,52 ha dan sisanya merupakan vegetasi yang umumnya berada di bagian barat dan selatan Kota Semarang. Vegetsi lainnya, pada bagian utara luas kelas sawah yaitu 6567,04 ha dan luas tambak yaitu 3122.32 ha. Sedangkan kelas hutan, perkebunan, dan tegalan tersebar di barat daya, barat dan timur laut Kota Semarang dengan total luas masing-masing adalah 2026,01 ha (5%); 2192,8 ha (6%) dan 4538.76 ha (12%).

  1. Luas jenis tanah
    Berdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas penggunaan lahan akan disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
    Tabel 4.3 Luas Kelas Jenis Tanah Kota Semarang

No.
Kelas Jenis Tanah 
Luas
Ha
%
1
Grumosol
1825.9
6
2
Regosol
2561.07
8
3
Latosol
9602.05
29
4
Mediteran
10901.88
33
5
Aluvial
8022.88
24
Jumlah Total
32913.78
100

Sumber: Data hasil penelitian, 2016

Berdasarkan hasil Tabel 4.3 Kota Semarang terbentuk dari jenis yang beredobilitas rendah yaitu Latosol, Grumosol, dan Aluvial sebesar 9602,05 ha (29%); 1825,9 ha (6%), dan 8022,88 ha (24%). Sedangkan jenis tanah beredobilitas sedang, yaitu Mediteran sebesar 33% dan untuk jenis tanah beredobilitas tinggi yaitu Regosol sebesar 8%.



  1. Luas Curah Hujan
    Berdasarkan hasil penelitian mengenai luasan masing-masing kelas curah hujan akan disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut.
           Tabel 4.4 Luas Kelas Curah Hujan Kota Semarang

No.
Kelas Curah Hujan
Curah Hujan Bulanan Rata-Rata
Luas
Ha
%
1
Tinggi
> 300 mm
17169.01
44
2
Sedang
101 - 300 mm
17117.27
44
3
Rendah
0 - 100 mm
4533.09
12
Jumlah Total
38819.37
100

Sumber: Data hasil penelitian, 2016

          Berdasarkan Tabel 4.4 sebagian besar wilayah Kota Semarang memiliki curah hujan rata-rata bulanan yang masuk dalam kelas rendah yaitu sebesar 12%, sisanya sebesar 44 % masuk dalam kelas sedang dan 445 masuk dalam kelas tinggi yaitu sebesar 44%. Stasiun/pos curah hujan tersebar secara merata di Kota Semarang.

  1. Hasil Kerawanan Longsor
    Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar wilayah Kota Semarang masuk dalam kelas “tidak rawan“, yaitu 48 % atau sebesar 18552,02 ha. Paling banyak ditemui di daerah utara, yang sebagian besar merupakan daerah permukiman (perkotaan) dan memiliki kelerengan 0-8%.
    Kelas sangat rawan paling banyak terdapat di kecamatan gungung pati dengan luas 122,69 ha, dan kecamatan banyumanik dengan luas 59 ha, yang disebabkan oleh parameter kelerengan dengan tingkat kelerengan >40%. Selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.5 pada Lampiran 6.

  1. Upaya Mitigasi Untuk Mengurangi Resiko Bencana Tanah Longsor
    Upaya mitigasi untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor dimulai dari mengenali tentang gejala-gejala umum terjadinya longsor, tanda-tanda wilayah yang rawan longsor, upaya pengurangan resiko bencana longsor, melakukan tindakan kesiapsiagaan menghadapi bencana longsor, melakukan tindakan kesiapsiagaan saat terjadi tanah longsor, dan melakukan tindakan kesiapsiagaan pasca terjadinya tanah longsor, hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

  1. Gejala-gejala umum terjadinya longsor
    Pertama muncul retakan – retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Kedua muncul air secara tiba – tiba dari permukaan tanah di lokasi baru. Ketiga air sumur di sekitar lereng menjadi keruh. Keempat tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.


  2. Tanda-tanda wilayah yang rawan longsor
    Tanda-tanda wilayah yang rawan longsor antara lain: 1) Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut. 2) berada pada daerah yang terjal dan gundul. 3) Merupakan daerah aliran air hujan. 3) tanah ebal atau sangat gembur pada lereng yang menerima curah hujan tinggi.
  3. Upaya Pengurangan Risiko bencana Longsor
    Pertama menyusun peta ancaman bencata tanah longsor. Kedua menyusun kerentanan bencana tanah longsor. Ketiga melakukan pemantauan gerakan tanah. Keempat melakukan kegiatan peringatan dini dan penyebaran informasi. Kelima membuat plangisasi keterangan daerah rawan bencana. Keenam pembuatan dinding penahan tanah dan penghijauan lereng. Keetujuh melakukan sosialisasi mengenai kesiapsiagaan bencana longsor kepada masyarakat. Kedelapan memperbaiki dan memelihara saluran drainase.
  4. Tindakan Kesiapsiagaan menghadapi bencana longsor
    Pertama tidak menebang atau merusak hutan. Kedua melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro, pada lereng-lereng yang gundul. Ketiga membuat saluran air hujan. Keempat membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal. Kelima memeriksa keadaan tanah secara berkala.
  5. Tindakan Kesiapsiagaan saat terjadi tanah longsor
    Pertama segera keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan/puing ke bidang yang lebih stabil. Kedua Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan kuat dan lindungi kepala anda. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik untuk badan anda.
  6. Tindakan kesiapsiagaan setelah tanah longsor
    Pertama hindari daerah longsoran dimna longsoran susulan dapat terjadi. Kedua periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung memasuki daerah longsoran. Ketiga membantu mengarahkan tim SAR (Search And Rescue) ke lokasi longsor. Keempat membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus anak-anak, orang tua dan orang cacat. Kelima waspada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor. Keenam melaporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang berwenang.